ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN PADA JALAN TOL MEDAN – KUALANAMU – TEBING TINGGI SEKSI 7A : SEI RAMPAH – SEI BAMBAN (STA 81 + 000) BESERTA METODE PEMADATANNYA
Abstract
Tahap penimbunan merupakan tahapan yang tidak pernah lepas dari proses konstruksi. Akibat penimbunan ini maka air pori dalam tanah akan mengalir dan mengakibatkan volume dari tanah tersebut mengecil atau berkurangnya rongga pori secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas yang sangat kecil yang disebabkan adanya pembebanan diatasnya, istilah ini sering disebut dengan konsolidasi.Masalah yang sering dijumpai pada pembangunan konstruksi diatas tanah lunak adalah masalah penurunan dan daya dukung yang rendah. Pemberian beban timbunan diatas tanah lunak akan mengakibatkan terjadinya pengaliran air dan udara dari pori-pori tanah sehingga mengakibatkan menyusutnya volume tanah yang disebut dengan penurunan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat – sifat fisik (index properties) dari tanah yang berasal dari Pembangunan jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Seksi 7a: Sei Rampah-Sei Bamban (Sta 81 + 000). Dari hasil uji penyelidikan tanah dasar yang telah dilakukan terlihat bahwa terdapat tanah lempung dengan nilai permeabilitas yang kecil. Hal ini dapat menyebabkan proses konsolidasi membutuhkan waktu yang lama dengan penurunan yang cukup besar.Untuk mencegah terjadinya kerusakan ataupun kegagalan konstruksi badan jalan pada tanah timbunan maka perlu dilakukan analisis stabilitas terhadap setlement sehingga tinggi timbunan yang dikehendaki tidak akan mengalami penurunan lagi setelah konstruksi selesai dan kestabilan timbunan dapat tercapai. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk desain timbunan badan jalan diatas tanah lunak dapat disimpulkan besarnya penurunan pada Sampel I untuk tanah timbunan 50 cm = 0,2391 cm, untuk 500 cm = 2,3919 cm, Sampel II untuk tanah timbunan 50 cm = 0,2859 cm, untuk 500 cm = 2,8598 cm. Besarnya penurunan bergantung pada parameter konsolidasi. Hasil Sc pada sampel I lebih kecil dari pada hasil Sc pada sampel II, hal ini dikarenakan angka pori pada sampel II lebih besar.